Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Widget HTML #1

Tajen | Sebuah Puisi Abduh Sempana



~ Tajen ~

Masihkah terselip di kupingmu bunga-bunga kenangan 
Saat mendengar kabar ada sebuah bendungan
Pulang sekolah berlari kita kejar-kejaran
Saling mendahului laki-laki dan peremupan
Sambil memetik bunga tanaman paitan 
Memerut daun plandingan
Sementara daun pakis menyemak di sepanjang jalan

Masihkah terselip di kupingmu bunga-bunga kenangan 
Di saat pohon kelapa masih berjejer rapi di sepanjang jalan
Rumpun bambu penuh sesak di perkebunan
Saat itu permen pavorit kita buah asam
Yang kita hisap sambil berebutan

Masihkah terselip di kupingmu bunga-bunga kenangan 
Saat perosotan kita adalah tubuh bendungan
Anak lelaki paling suka loncat di ketinggian
Menceburkan diri hingga dasar sungai
Sementara anak-anak gadis paling senang di pintu air
Menepuk-menepuk permukaan air hingga berkecipratan
Sambil berhanyut-hanyutan hingga ke hilir
Kita sampai lupa waku sudah senja
Kita pun pulang dan mengaji
Sambil bercerita keseruan di Tajen hari ini.
--------------------------------------

*Tanaman paitan merupakan salah satu jenis tumbuhan semak yang tumbuh di pinggir jalan, yang memiliki bunga berwarna kuning, dengan ciri khas aroma yang menyengat.  Sekarang tumbuhan ini sudah jarang ditemukan. Karena rata-rata parit di pinggir jalan sekarang sudah ditalud beton. (Belakangan ditemukan, riset menunjukkan tanaman paitan mampu menurunkan logam berat timbal [Pb] hingga 73 persen).

**Tajen, merupakan sebuah tempat di Suralaga yang dulu orang menyebutnya Orong Tajen. Tahun 90-an terkenal dengan airnya yang melimpah dengan bendungan irigasinya dimanfaatkan sebagai tempat rekreasi penduduk lokal dan tempat mandi dan mencuci.

Post a Comment for "Tajen | Sebuah Puisi Abduh Sempana"