Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Widget HTML #1

Pentingnya Istikamah Bagi Seorang Penulis

Menurut pengertian di Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) versi daring, istikamah adalah sikap teguh pendirian dan selalu konsisten. Sedangkan kata konsisten sendiri berarti tetap (tidak berubah-ubah); taat asas; ajek. 

Kata istikamah sendiri serapan dari bahasa Arab yakni berasal dari akar kata yang tersusun dari huruf qof, wa, dan mim yang menunjukkan dua makna yaitu kumpulan manusia dan berdiri atau tekad yang kuat. Dari makna yang kedua, istiqomah diartikan dengan I’tidal (tegak atau lurus). 

Dari pengertian tersebut istikamah bisa diartikan sebagai suatu sikap dengan tekad yang kuat, tegak, dan lurus, dan berkesinambungan.

Pantaslah bila ulama mengatakan bahwa “Al istiqomah Khairummin alfi karomah”, istikomah itu lebih baik dari seribu macam keramat.



Membayangkan kata keramat saja, wah, gitu.

Memang, keramat itu kan cuma spesial buat para waliyullah.

Sedangkan istikamah itu untuk seluruh manusia biasa. Maksudnya, semua orang akan bisa istikamah. Asalkan di dalam hati sanubari terbersit untuk mau beristikomah.

Tapi yang jelas istikamah dan karamah tidak bisa disamakan. Hanya saja karamah itu lahir dari keistikamahan, sedangkan istikamah itu wujud dari keseriusan, keyakinan, dan keinsyafan. Eh, dalilnya mana?

Para ulama sendiri adalah orang-orang yang sangat istikomah. Istikomah dalam segala hal, terutama beribadah. Mereka juga istikamah dalam belajar-mengajar. Itulah sebab mereka diberikan karamah.

Ini sih cuma semacam praduga saya. Tapi mudah-mudahan saja benar. Sehingga boleh dikatakan istikamah itu lebih tinggi nilainya daripada keramat, bahkan seribu macam keramat.

Bagi manusia semacam kita ini, istikamah itu memang sungguh luar biasa beratnya. Lebih berat dari apa yang paling berat di pundak kita. Rasa-rasanya sangat sulit sekali untuk melangkah dengan keistikamahan. Yang ada malah kemalasan, penundaan, dan berbagai dalih yang menghalangi suatu usaha dan rencana.

Misalkan saja dalam urusan membaca dan menulis. Sangat sulit untuk bisa membaca dan menulis dengan istikamah . Apalagi menulis setiap hari dengan rutin itu sulit. Ada saja hambatannya. Ya ini lah, ya itu lah. Pikiran kita selalu berubah-ubah. Hati selalu berbolak balik. Padahal kita terkadang sudah berjanji pada diri sendiri untuk selalu menulis setiap hari. Bahkan sudah memiliki jadwal sendiri. Namun, tetap saja jadwalnya dilanggar, bahkan belakangan terkadang tidak dihiraukan.

Lantas apa penyebab semua itu?

Ya, itu tadi. Kemalasan, dalih, dan kurangnya motivasi.

Maka dari itu, kita perlu membentuk sebuah komunitas. Kita perlu ngobrol-ngobrol. Sebagai tempat melabuhkan harapan. Dari sekian banyak anggota atau katakanlah manusia yang selorong dengan kita, pasti ada yang semangat menulisnya lebih. Maka kita bisa belajar darinya. Kita juga bisa saling menasihati, saling memberi masukan, dan lain-lain yang sifatnya membangun.

Pokoknya, komnunitas itu penting, klub itu berharga, diskusi itu bermanfaat, untuk membentuk karakter dan sifat istikamah itu tadi.

Semoga kita bisa istikomah dalam menulis. Semoga hati dan jiwa kita selalu tergerak untuk menorehkan tinta di atas kertas.

#Salam Ka-Lam

Post a Comment for "Pentingnya Istikamah Bagi Seorang Penulis"