Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Widget HTML #1

Pentingnya Budaya Membaca dan Menulis

Negara maju tercermin dari tingkat literasinya. Begitu pula negara yang miskin akan terlihat pula dari sisi kemampuan literasinya. Suatu negara belum bisa sejajar dengan negara-negara maju jika belum menempatkan literasi pada bagian yang penting. Dan alhamdulillah negara kita sudah sangat memperhatikan literasi. Hal tersecebut tercermin dari geliat literasi yang digaungkan melalui program yang dinaman Gerakan Literasi Nasional (GLN). GLN menyasar empat pilar, yaitu Gerakan Literasi Masyarakat (GLM), Gerakan Literasi Sekolah (GLS), dan Gerakan Literasi Keluarga (GLK).

Pentingnya Membaca

Kata orang membaca adalah jendela ilmu. Memang benar adanya. Semakin sering kita membaca maka banyaklah wawasan yang kita dapatkan. Dengan sendirinya orang-orang akan menyematkan kata ‘cerdas’ kepada orang yang banyak membaca. Tidak sampai di situ saja, membaca juga akan meningkatkan taraf hidupnya.

Tapi sayang, masyarakat Indonesia masih jauh dari kata membaca. Dikatakan bahwa di Indonesia terjadi lompatan kebudayaan, yaitu dari budaya lisan ke budaya menonton TV. Padahal seharusnya adalah budaya lisan ke budaya membaca. Berbeda dengan negara-negara maju mereka rata-rata melewati proses budaya lisan ke budaya membaca baru setelah itu budaya menulis. 

Lompatan kebudayaan ini tentu sangat menyulitkan pemerintah untuk meluruskan kembali. Karena suliat bagi masyarakat yang sudah terlanjut membudayakan menonton untuk diarahkan ke membaca. Padahal tayangan-tayangan yang tidak edukatif akan mengahambat laju pertumbuhan kecerdasan otak anak-anak. Begitu kata beberapa ahli.

Melalui kesempatan ini, sekarang mari kita sama-sama membaca. Baca koran, baca komik, baca majalah, baca buku, baca artikel, dan dll. Alquran tidak perlu sebuat, kenapa? Karena ia memang sudah wajib hukumnya, dan memang harus dibaca setiap waktu dan setiap saat. Yang saya maksud di sini adalah bacaan-bacaa yang lain seperti yang saya sebutkan tadi.

Pentingnya Menulis

Jika membaca adalah jedelanya ilmu pengetahuan, maka menulis adalah membuat banyak jendela pengetahuan. Semakin banyak kita menulis maka semakin banyak jendela ilmu pengetahuan yang kita buat. Ilmu pengetahuan akan terus meningkat dan tersebar keseluruh penjuru dunia berkat tulisan yang kita buat.

Perlu kamu ketahui juga bahwa menulis adalah level intelektual yang paling tinggi. Hal tesebut senada dengan apa yang diungkap oleh Pramoedya Ananta Toer  bahwa “Sekalipun ilmu seseorang setinggi langit, namun ia tidak menuliskannya maka ia akan hilang dari bumi.” Jadi maksudnya ketika orang yang berilmu tersebut mati, maka matilah dia bersama ilmunya, selanjutnya orang-orang akan melupakannya.

Berbeda dengan orang yaang menulis. Ketika ia mati, maka karya-karyanya masih akan tetap hidup dan menghidupkan orang-orang.  Sehingga orang tersebut boleh dikatakan abadi dengan karya-karyanya. 

Nah, seperti itulah kira-kira urgennya menulis ini. Akan tetapi orang-orang masih belum sadar akan hal tersebut. Mengapa mereka tidak sadar, ya karena mereka tidak membaca. Bagaimana dia bisa menulis semenetara membaca saja tidak.

Nah, sekarang ini adalah PR kita bagi yang masih diberi kesempatan hidup. Karena kalau sudah mati kita tidak akan bisa menulis lagi. Jadi sebelu orang menulis batu nisan kita, mari kita menulis terlebih dahulu.

Tulislah apa yang kalian suka. Bukan berarti kita harus membuat buku. Tulislah buku harian, tulislah surat-surat, lama-lama kalian akan menulis cerita, menulis pendapat dan lain-lain. Semuanya itu kegiatan yang sangat positif dan bernilai ibadah bila dibarengi keihklasan dan senantiasa mengharapkan ridonya.

Kalian mungkin pernah mendengar bagaimana kisah Anne Frank yang menulis buku harian ketika perang dunia? Adalah seorang yang saat masih SMP menulis perjalan hidupnya di dalam buku  harian ketika di tengah-tengah terjadi konflik PD II. Ia menuis bagaimana diperlakukan oleh tentara NAZI, diburu dan diteror hingga ia melarikan diri ke Belanda bersama keluarganya. Tahukah kalian begitu perang Dunia II usai, buku harian Anne Frank tersebut dicari-cari dan diburu, ternyata buku diari tesebut adalah fakta sejarah yang paling fenomenal dan dihargai sangat fantastis. Buku tersebut diterbitkan oleh ayah Anne Frank dan dijual seharga milyaran rupiah. Dari hasil penjualan buku tersebut dibangunlah yayasan Anne Frank untuk mengenang si Anne Frank yang meninggal dunia karena tipus di tempat tempat persembunyiannya. 

Contoh lain tentang menulis, mungkin kalian pernah mendengar Film Harry Potter, itu film yang diambila dari novel yang ditulis oleh seorang ibu rumah tangga. Tahukah kalian novel itu bermula hanya dari sebuah buku harian. Bahkan buku harian dalam bentuk-bentuk lembaran yang berserak dan tempel di dinding-dinding. Tahukan kalian belum ada yang mengalahkan penjualan Novel Harry Potter sampai sekarang. Entah berapa triliuan yang diperoleh penulisnya yang bernama “

Sampai di sini mungkin kalian sudah memahami bagaimana pentingnya menulis. Kata kuncinya adalah “Menulis untuk keabadian dan amal jariah.”

-------------------------------------------

Penulis : Abdul Hayyi, S.S.

Post a Comment for "Pentingnya Budaya Membaca dan Menulis"