Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Widget HTML #1

Penyesalan Lily | Cerpen Misteri

cerpen misteri

Penyesalan Lily
Karya: Siti Riyani Ulya

Terasa angin dingin meraba tubuhku yang rapuh. Angin yang merambat masuk melalui jendela yang belum tertutup rapat. Lalu aku pun bangkit dari tempat tidurku yang empuk namun bagiku bagaikan tumpukan duri. Aku melihat keluar jendela. Aku mendengar bisikan samar-samar mengganggu cupingku. Mendengar suara tersebut rasa penasaranku mulai bermunculan. Aku ingin mencari tahu dan berharap bisa keluar mencari sumber suara tersebut.

Ketahuilah, aku sangat bosan dan muak tinggal di dalam kastel yang mewah ini. Aku merasa seperti dikutuk. Aku harus tinggal selamanya di sini yang bagaikan penjara untukku. Ayah dan ibuku tak pernah mengizinkanku untuk keluar kamar, apalagi untuk bermain salju di luar kastel, dan bertemu orang baru.

Aku seorang gadis kecil yang malang. Hingga aku pernah berpikir untuk pergi sejauh-jauhnya dari kehidupan yang menyedihkan ini. Namun kuurungkan niatku karena kutahu bahwa diriku ini hanyalah seorang gadis kecil yang rapuh yang tak sanggup untuk bertahan hidup di luar sana.

Tetapi semenjak aku mendengar suara bisikan yang serasa memanggilku itu, aku seperti mendapatkan sebuah kekuatan yang mendorongku untuk berusaha keluar dari zona membosankan ini, dan pergi menjelajahi dunia yang baru. Lantas aku mulai bertekad kuat untuk kabur di saat kudengar bisikan yang memanggilku, “Lilly...., kemarilah! Aku memanggilmu... Marilah kita bermain bersama!”. Bisikan itu seperti tak bisa hilang dari kepalaku.

Tekadku sudah bulat, pada malam yang sunyi. Kuambil tali panjang di dalam peti dan kulemparkan ujung yang satunya keluar jendela dan ujung satunya lagi kuikat pada kaki meja yang berdekatan dengan jendela. Dengan  penuh keyakinan dan tekad yang kuat, ku genggam tali itu dan beranjak turun menyusuri kastel yang sangat tinggi tersebut sekuat tenagaku. Tanganku agak kesakitan karena memegang tali terlalu erat sehingga meninggalkan luka sedikit. Kakiku mulai menyentuh tanah. Terasa angin dingin menyapaku, dan bulan tersenyum padaku.

Aku mendengar bisikan itu lagi, suaranya semakin jelas. Aku terdiam terpaku, kemudian membulatkan tekad, dan berjalan mengikuti arah suara berasal. Kakiku mulai berat melangkah dengan hembusan angin yang mengiringiku. Aku berjalan melewati hutan yang lebat dengan rembulan yang menyinari jalanku. Kudengar lagi suara memanggilku, “Lilly, cepatlah! Aku sudah tidak sabar bermain denganmu.” Suara itu sangat khas di kupingku. Aku semakin bersemangat. Kutelusuri hutan yang lebat dengan agak sempoyangan karena lelah. Terlihat olehku bayangan hitam yang seperti memanggilku dan mengatakan “Ayo!” Tubuhku mulai berjalan mengikutinya seperti paku yang ditarik oleh medan magnet raksasa.

Aku menembus hutan dan melihat hamparan es setipis salju yang membentang seperti danau yang ditutupi oleh es. Kulihat bayangan tersebut berubah menjadi ratu es yang mempunyai mahkota di kepalanya. Ia terbuat dari es yang sangat mengkilat dan menawan. Mataku mulai takjub olehnya. Bercahaya di bawah sinar rembulan yang bersinar terang. Bayangan tersebut mulai melihatku dan tersenyum misterius. “Apa maksud dari senyuman itu?” tanyaku dalam hati. Tangannya mulai melambai dan berusaha mengajakku untuk mendekatinya. Aku awalnya takut untuk mendekat, tapi entah kenapa batinku berusaha mendorongku untuk pergi ke sana. Aku seakan terhipnotis oleh matanya yang seperti bola es yang sangat bercahaya. Aku tak tahan melihatnya. Tubuhku mulai bergerak berjalan ke arahnya. Melangkah di atas es yang sangat dingin seakan beribu pedang menggores kaki. Kakiku terasa mau membeku olehnya. Jarakku dengannya hanya beberapa meter. Ketika aku mulai mengangkat tangan dan meraih tangannya, takku duga dia mencekik leherku dengan erat seakan mau membunuhku. Baru ku sadar ternyata sosok bayangan tersebut adalah monster yang menginginkan tumbal sebagai penggantinya.

Tubuhku mulai membeku. Air mataku pun menetes karena menyesali perbuatanku. Tapi semuanya sudah tak berarti lagi. Nasi sudah menjadi bubur. Tubuhku sudah sepenuhnya menjadi es.

***

September 2019
Penyesalan Lily merupakan cerpen karya Siti Riyani Ulya siswi MTs NW Boro'Tumbuh
Terinspirasi dari lagu Lily (AW)

Sumber: http://basindon.blogspot.com/2019/10/penyesalan-lily-contoh-cerpen-misteri.html

Post a Comment for "Penyesalan Lily | Cerpen Misteri"